Meski begitu, Adidas belum menetapkan angka pasti kenaikan harga. Namun, pernyataan resmi dari Gulden menegaskan bahwa harga akan naik seiring peningkatan biaya akibat tarif impor tersebut.
Kinerja Penjualan Positif Tapi Pasar Masih Tidak Stabil
Meskipun berada dalam tekanan geopolitik dan ekonomi global, Adidas tetap mencatatkan kinerja yang cukup positif di kuartal pertama 2025. Penjualan global mengalami pertumbuhan yang variatif, meskipun pasar AS menunjukkan laju yang paling lambat.
Di Amerika Serikat, pertumbuhan penjualan hanya mencapai 3% dalam tiga bulan pertama tahun ini. Sebaliknya, Adidas mencatat peningkatan penjualan yang lebih signifikan di wilayah lain:
-
Amerika Latin tumbuh sebesar 26%
-
Eropa mengalami kenaikan 14%
-
China, Jepang, dan Korea Selatan mencatat peningkatan 13%
Secara keseluruhan, penjualan bersih perusahaan tumbuh 12,7%, dan margin operasional naik sebesar 3,8 poin, menjadi 9,9%. Hal ini menghasilkan laba operasi sebesar 610 juta Euro, atau meningkat 82% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Meski performa keuangan tampak menjanjikan, Gulden menyatakan bahwa perusahaan tidak akan merilis proyeksi laba untuk tahun depan. Pasalnya, ketidakpastian pasar akibat kebijakan tarif sangat sulit diprediksi, dan bisa mempengaruhi pola konsumsi di masa mendatang.
Konsumen Jadi Korban, Persaingan Pasar Dipertaruhkan
Kenaikan harga produk Adidas di AS dapat memicu reaksi berantai di sektor retail dan gaya hidup olahraga. Konsumen AS, sebagai salah satu pasar utama Adidas, kemungkinan akan merasakan dampak langsung dari kebijakan ini dalam bentuk harga produk yang lebih mahal—mulai dari sepatu lari, pakaian olahraga, hingga aksesoris pendukung.
Di sisi lain, brand kompetitor seperti Nike, Puma, hingga brand lokal AS mungkin akan memanfaatkan momen ini untuk merebut pangsa pasar, terutama jika mereka memiliki rantai pasokan yang lebih terkonsentrasi di dalam negeri atau di negara dengan tarif lebih rendah.