Di tengah perubahan zaman dan tekanan sosial yang semakin kompleks, generasi muda di China mulai mengambil langkah yang tak lazim: menikahi sahabat mereka sendiri. Fenomena ini dikenal dengan istilah friendship marriage atau pernikahan persahabatan, dan menjadi tren yang makin populer dalam beberapa tahun terakhir.
Alih-alih menjalani pernikahan konvensional yang dilandasi cinta dan ketertarikan fisik, pasangan dalam pernikahan ini justru lebih mengedepankan kenyamanan emosional, saling pengertian, serta nilai hidup yang selaras. Mereka sah secara hukum sebagai suami istri, namun tidak terikat pada kewajiban hubungan romantis atau seksual seperti yang lazim terjadi dalam pernikahan tradisional.
Apa Itu Pernikahan Persahabatan?
Pernikahan persahabatan adalah bentuk hubungan yang mengedepankan kerja sama dan kedekatan emosional tanpa keterlibatan cinta romantis maupun hubungan intim. Dalam skema ini, dua sahabat memutuskan untuk hidup bersama, membagi tanggung jawab rumah tangga, berbagi biaya hidup, bahkan membentuk struktur keluarga tanpa harus memenuhi ekspektasi sosial terkait cinta, anak, atau relasi seksual.
Meskipun kedengarannya asing, hubungan semacam ini memberikan ruang bagi individu untuk menjaga otonomi pribadi mereka sambil tetap memperoleh manfaat hukum dan sosial dari status pernikahan. Pasangan dalam pernikahan ini juga memiliki hak untuk menjalin hubungan romantis dengan orang lain di luar pernikahan mereka.
Mengapa Tren Ini Muncul?
Tekanan sosial dan keluarga menjadi pemicu utama munculnya tren ini. Di banyak bagian Asia, termasuk China, norma sosial dan ekspektasi terhadap pernikahan sangat kuat. Para lajang, terutama yang berusia di atas 25 tahun, sering kali menjadi sasaran pertanyaan dan tekanan dari keluarga besar tentang kapan mereka akan menikah.