Selanjutnya, tidak semua jenis musik memberikan pengaruh yang sama terhadap detak jantung. Musik lembut atau dengan tempo lambat, seperti musik klasik atau lagu-lagu akustik, cenderung membuat detak jantung melambat. Ini terjadi karena musik tersebut dapat memberikan efek menenangkan, sehingga sistem saraf parasimpatis lebih aktif. Ketika kita mendengarkan jenis musik ini, tubuh kita merasa lebih rileks, dan detak jantung pun cenderung menurun.
Interaksi antara detak jantung dan musik juga berkaitan dengan aspeknya yang lebih emosional. Banyak dari kita mengaitkan lagu dengan kenangan tertentu, baik yang menyenangkan maupun menyedihkan. Hal ini menghasilkan reaksi emosional yang kuat, yang dapat mempengaruhi fisiologi kita. Ketika kita mendengarkan lagu yang mengingatkan kita pada momen bahagia, detak jantung mungkin meningkat. Sebaliknya, lagu yang mengingatkan kita pada kenangan sedih bisa membuat detak jantung kita terasa lebih lambat. Penjelasan ini menunjukkan betapa eratnya hubungan antara musik, emosi, dan reaksi fisiologis.
Tidak hanya itu, eksperimen yang dilakukan oleh berbagai peneliti juga menunjukkan bahwa irama dan ketukan musik dapat mengatur pola gerakan tubuh secara keseluruhan. Hal ini menjelaskan mengapa banyak orang cenderung bergerak atau berdansa mengikuti irama musik. Ketika tubuh bergetar mengikuti alunan musik, detak jantung pun secara alami akan menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Hal ini juga menjadi alasan mengapa orang sering kali merasa lebih berenergi atau termotivasi saat mendengarkan musik yang menggugah semangat.