Dalam beberapa waktu terakhir, terutama di media sosial dan industri fesyen, kita semakin sering mendengar istilah "Old Money". Ini bukan sekadar gaya berpakaian baru, melainkan sebuah tren estetika dan gaya hidup yang terinspirasi dari kaum elite mapan dengan kekayaan turun-temurun. Berbeda dengan kekayaan baru atau "new money" yang seringkali diasosiasikan dengan kemewahan yang mencolok dan pamer, gaya old money mengedepankan keanggunan, kualitas, dan kesan tak lekang oleh waktu.
Akar dan Filosofi "Old Money"
Istilah "old money" secara harfiah merujuk pada keluarga-keluarga yang kekayaannya telah diwariskan dari generasi ke generasi. Di Amerika Serikat, ini seringkali dikaitkan dengan keluarga-keluarga pendiri industri atau dinasti bisnis yang kekayaannya telah terkumpul sejak abad ke-19 atau awal abad ke-20. Di Eropa, konsepnya lebih tua lagi, seringkali terkait dengan bangsawan atau keluarga yang memiliki tanah dan kekuasaan selama berabad-abad.
Filosofi di balik gaya old money adalah "quiet luxury" atau kemewahan yang tenang. Ini adalah tentang kualitas di atas kuantitas, detail halus ketimbang logo besar, dan investasi pada barang-barang klasik yang bertahan lama daripada tren sesaat. Esensinya adalah bahwa kekayaan sejati tidak perlu dipamerkan; ia terpancar melalui kualitas yang tak terbantahkan, selera yang diasah, dan gaya hidup yang terencana. Ada rasa percaya diri yang tenang yang datang dari memiliki sesuatu yang otentik dan abadi, bukan karena ingin menarik perhatian.