1. Articulate (Artikulasi)
2. Accolade (Penghargaan)
3. Brevity (Singkat)
4. Anomaly (Anomali)
5. Adulation (Sanjungan)
6. Abysmal (Luar biasa)
7. Candor (Terus terang/Jujur)
8. Adept (Mahir)
9. Exacerbate (Memperburuk)
10. Vernacular (Bahasa daerah)
11. Caveat (Peringatan)
12. Vacillate (Bimbang)
13. Juxtapose (Menyandingkan)
14. Aesthetic (Estetika)
15. Ambiguous (Ambigu)
16. Quintessential (Klasifikasi)
17. Adequate (Memadai/Mampu)
18. Fastidious (Rewel)
19. Repertoire (Repertoar)
20. Misnomer (Istilah yang tidak cocok)
Meski terdapat banyak kosakata yang dapat membuat seseorang terdengar cerdas, malah bisa jadi efek sebaliknya. Banyak orang beranggapan bahwa berbicara dengan penggunaan bahasa yang terlalu rumit justru mengesankan sikap yang tidak tulus. Faktanya, 43 persen responden merasa bahwa penggunaan bahasa yang berlebihan cenderung menunjukkan keinginan untuk terlihat lebih pintar daripada yang sebenarnya.
Zajechowski menambahkan, hanya sedikit orang yang mau membaca atau mendengar bahasa yang rumit secara berlebihan. Ia memberikan contoh memo bisnis yang ditulis dengan bahasa yang terlalu padat sehingga sulit dipahami. Hal ini menunjukkan bahwa kesederhanaan dalam berkomunikasi sebenarnya lebih dihargai.
Lebih lanjut, survei itu juga menemukan keinginan orang-orang yang menggunakan kosakata kompleks mungkin tidak selalu ingin terlihat lebih pintar, melainkan untuk mengesankan pasangan. Walaupun faktanya, 63 persen orang mengaku mendorong diri mereka sendiri untuk berbicara dengan istilah-istilah rumit demi menarik perhatian calon pasangan mereka, tetapi 46 persen di antara mereka juga menyatakan bahasa yang terlalu rumit dapat merusak hubungan.