Tampang

Microtransaction dalam Game dan Kenapa Banyak Dikritik

28 Agu 2025 14:08 wib. 46
0 0
Transaksi
Sumber foto: Canva

Dunia game telah mengalami evolusi besar, tidak hanya dari segi grafis atau gameplay, tetapi juga model bisnisnya. Salah satu perubahan paling kontroversial adalah maraknya microtransaction, atau transaksi mikro. Ini adalah sistem di mana pemain bisa membeli barang virtual di dalam game dengan uang sungguhan, biasanya dalam jumlah kecil. Mulai dari skin karakter, item kosmetik, hingga item yang memberikan keuntungan dalam game, microtransaction telah menjadi sumber pendapatan utama bagi banyak pengembang. Namun, kehadirannya memicu perdebatan sengit dan kritik tajam dari komunitas gamer di seluruh dunia.

Pergeseran Model Bisnis Game

Awalnya, model bisnis industri game sangat sederhana: beli game, mainkan, tamatkan, selesai. Game dengan harga penuh (full-price) biasanya memberikan semua kontennya di awal. Namun, dengan biaya produksi game yang terus melonjak, pengembang mencari cara baru untuk mendapatkan keuntungan pasca-rilis. Microtransaction hadir sebagai solusi finansial yang menjanjikan, memungkinkan developer untuk terus mendukung game mereka dengan konten baru sambil mendapatkan pemasukan stabil.

Fenomena ini dimulai dari game free-to-play (gratis dimainkan) di mana microtransaction menjadi satu-satunya sumber pendapatan. Namun, lama-kelamaan, model ini merambah ke game dengan harga penuh. Pemain yang sudah membayar puluhan, bahkan ratusan dolar untuk sebuah game, kini diminta untuk mengeluarkan uang lagi untuk mendapatkan konten tambahan. Inilah yang memicu kritik pertama: perasaan bahwa game yang dibeli terasa tidak "lengkap" tanpa pengeluaran ekstra.

<123>

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

POLLING

Dampak PPN 12% ke Rakyat, Positif atau Negatif?