ADHD (Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder): Game yang membutuhkan fokus dan strategi bisa melatih kemampuan atensi dan kontrol impuls. Beberapa game bahkan sudah mendapatkan persetujuan sebagai alat terapi digital untuk ADHD.
Autisme: Game sosial atau role-playing bisa menjadi wadah aman bagi individu dengan autisme untuk melatih keterampilan sosial, ekspresi emosi, dan pemahaman isyarat non-verbal.
Penting diingat, game ini bukan pengganti terapi profesional. Game berfungsi sebagai alat bantu, pelengkap, atau bahkan langkah awal untuk membuka diri terhadap bantuan yang lebih lanjut.
Tantangan dan Peran Profesional
Meskipun potensi game sebagai terapi kesehatan mental sangat menjanjikan, ada beberapa tantangan. Kualitas game terapi harus divalidasi secara ilmiah dan dikembangkan oleh tim multidisiplin yang melibatkan psikolog, desainer game, dan ahli medis. Tidak semua game punya efek terapi, dan penggunaan yang berlebihan pada game yang tidak tepat justru bisa memperparah masalah, seperti kecanduan game.
Oleh karena itu, peran profesional kesehatan mental sangat krusial. Mereka yang memiliki keahlian untuk mendiagnosis, merencanakan terapi, dan mengawasi penggunaan game sebagai bagian dari intervensi. Seorang terapis bisa merekomendasikan game yang sesuai, memantau kemajuan, dan mengintegrasikan pengalaman dari game ke dalam diskusi terapi yang lebih luas. Tanpa pengawasan ahli, game bisa menjadi hiburan biasa atau bahkan kontraproduktif.