Tampang.com | Pemerintah sering menyebut Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sebagai tulang punggung ekonomi Indonesia. Namun, fakta di lapangan menunjukkan banyak pelaku UMKM masih menghadapi hambatan serius, terutama soal akses pembiayaan. Prosedur rumit, jaminan berlapis, dan bunga pinjaman tinggi membuat para pelaku usaha kecil terjebak dalam stagnasi.
Janji Banyak, Tapi Realisasi Minim
Berbagai program kredit berbunga rendah seperti KUR (Kredit Usaha Rakyat) telah digulirkan. Namun tidak sedikit pelaku UMKM mengaku kesulitan mengaksesnya karena syarat yang dinilai tidak realistis, terutama bagi usaha yang belum punya legalitas resmi.
“Sudah coba daftar KUR tiga kali, tapi selalu ditolak karena tidak punya agunan atau belum berbadan hukum,” kata Dika, pelaku usaha kuliner di Surabaya.