Keterbatasan Sistem Barter yang Mendorong Inovasi
Seiring berjalannya waktu dan peradaban makin kompleks, keterbatasan barter semakin terasa. Pertama, seperti sudah disinggung, masalah kesamaan keinginan ganda. Semakin banyak jenis barang dan jasa yang ada, semakin sulit menemukan orang yang tepat dengan kebutuhan yang saling melengkapi. Membayangkan seorang pembuat sepatu harus mencari orang yang butuh sepatu dan kebetulan punya beras, itu sangat merepotkan dan tidak efisien.
Kedua, masalah penentuan nilai. Sulit sekali menstandarkan nilai tukar. Satu kambing sama dengan berapa keranjang apel? Nilainya bisa beda-beda tergantung siapa yang menukar dan seberapa mendesak kebutuhan masing-masing. Ini bikin transaksi seringkali tidak adil atau memakan waktu negosiasi yang sangat lama.
Ketiga, kesulitan menyimpan nilai. Barang yang ditukarkan kadang tidak bisa disimpan lama atau mudah rusak, seperti hasil pertanian atau hewan. Kalau kita punya kelebihan buah, kita tidak bisa menyimpannya terlalu lama untuk ditukar nanti. Ini berbeda dengan uang yang bisa disimpan dan digunakan kapan saja.
Keempat, tidak bisa dibagi. Bagaimana menukar setengah ekor sapi untuk sekian kilo gandum? Beberapa barang tidak bisa dibagi kecil-kecil tanpa merusak nilainya. Keterbatasan-keterbatasan ini membuat transaksi skala besar atau jarak jauh menjadi sangat sulit, menghambat pertumbuhan ekonomi dan perdagangan.
Munculnya Uang sebagai Solusi dan Jejak Barter Modern
Karena berbagai keterbatasan itu, manusia akhirnya menciptakan uang. Uang berfungsi sebagai alat tukar universal, satuan hitung, dan penyimpan nilai. Dengan uang, kesamaan keinginan ganda tidak lagi jadi masalah. Kita bisa menjual barang yang kita punya untuk uang, lalu uang itu bisa dipakai untuk membeli apa saja yang kita butuhkan dari siapa saja, kapan saja. Ini adalah revolusi besar dalam sejarah ekonomi manusia.