Produsen sepatu ini mengklaim sepatunya dapat "dipakai seumur hidup"—dengan masa pakai antara lima hingga tujuh tahun, menurut data dari perusahaan reparasi sepatu, NuShoe. Merek ini telah lama menolak konsep mode cepat, mendorong para pembeli untuk merawat sepatu mereka dengan rangkaian produk perawatan seperti balsem pembersih, semprotan, dan sikat. Bahkan, terdapat sebuah lini produk sepatu bernama "For Life", yang menawarkan garansi seumur hidup, namun produksinya dihentikan pada tahun 2018.
Perusahaan telah mencoba untuk mendiversifikasi penawarannya dengan meluncurkan desain yang lebih trendi dan berkolaborasi dengan desainer—memperkenalkan Dokumen yang dicetak, bermotif, disulam, bahkan dilapisi bulu. Namun, karena desain klasik terus menjadi yang paling diminati oleh konsumen, gaya yang lebih kreatif justru menciptakan akumulasi stok yang tidak terjual. Terlalu berusaha mengejar tren juga berisiko mengasingkan pembeli.
Memiliki "terlalu banyak gaya" dapat membuat pelanggan "bingung and membingungkan," ungkap kepala Retail Strategy Group Liza Amlani kepada BBC pada bulan November lalu.
Meskipun Dr. Martens tetap menjadi merek yang populer di kalangan pembeli dari berbagai generasi, popularitasnya mengalami penurunan, menurut data dari L.E.K. Consultant. Perusahaan ini menempatkan Dr. Martens sebagai merek alas kaki wanita kasual terpopuler kedelapan pada tahun 2024, turun dari posisi keenam pada tahun sebelumnya.