Tampang.com | Nilai tukar rupiah kembali mengalami tekanan dan mendekati level terendah seperti saat krisis moneter 1998. Pada Selasa (25/3/2025), rupiah ditutup pada level Rp 16.611 per dolar AS, melemah 0,27 persen dibandingkan dengan hari sebelumnya.
Meskipun demikian, pemerintah tetap optimistis bahwa pelemahan ini tidak akan berdampak besar seperti krisis 1998. Sejumlah indikator ekonomi masih menunjukkan kestabilan, dan langkah-langkah intervensi telah disiapkan untuk menjaga stabilitas nilai tukar.
Penyebab Pelemahan Rupiah
Menurut pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, pelemahan rupiah dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal.
Faktor Eksternal:
-
Ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan Iran yang semakin memanas, dengan adanya ancaman perang dari AS.
-
Kebijakan tarif impor tambahan dari AS yang akan diberlakukan pada 2 April 2025, sehingga membebani pasar global.
Faktor Internal:
-
Aliran dana asing keluar dari Indonesia, terutama setelah pengumuman susunan pengurus Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara.
-
Pasar menilai bahwa intervensi pemerintah dalam pasar modal terlalu besar, sehingga menimbulkan kekhawatiran bagi investor.
Rupiah Hampir Menyamai Level Krisis 1998
Berdasarkan catatan Harian Kompas, nilai tukar rupiah sempat menyentuh Rp 16.900 per dolar AS pada 17 Juni 1998 dan mencapai Rp 17.000 per dolar AS pada 22 Januari 1998.