Tampang.com | Isu rencana merger antara dua raksasa teknologi, Grab dan GoTo, kembali mencuat dan memantik perhatian publik. Di tengah derasnya arus digitalisasi, muncul kekhawatiran bahwa dominasi satu entitas asing dalam ekosistem digital nasional bisa berdampak serius terhadap keberlangsungan ekonomi lokal dan kedaulatan digital Indonesia.
Pakar investasi dan startup Raymond Chin menyoroti bahwa pemerintah perlu turun tangan secara aktif menanggapi rumor ini. Menurutnya, merger dua perusahaan besar yang menguasai layanan transportasi dan ekonomi digital berpotensi menciptakan monopoli yang merugikan masyarakat, terlebih karena Grab merupakan perusahaan asal Singapura.
“Segala jenis bisnis yang berpengaruh ke kesejahteraan dan lapangan kerja masyarakat Indonesia harus benar-benar diawasi. Jangan sampai jatuh ke satu entitas yang terlalu besar untuk gagal (too big to fail),” ujar Raymond, Sabtu (17/5/2025).
Ekonomi Digital Bukan Sekadar Angka
Raymond menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara perusahaan lokal dan asing di dalam ekosistem digital. Tahun ini saja, ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai USD 130 miliar atau sekitar 44 persen dari total ekonomi digital Asia Tenggara.