Istilah passive income atau pendapatan pasif menjadi semacam mantra yang dielu-elukan banyak orang. Konsepnya terdengar begitu menggiurkan: mendapatkan uang tanpa harus bekerja keras, membiarkan uang bekerja untuk kita, dan mencapai kebebasan finansial. Namun, di balik daya tariknya, banyak orang yang salah kaprah dan keliru memahami esensi dari pendapatan pasif. Kekeliruan ini bukan hanya berujung pada kegagalan, tetapi juga bisa menyebabkan frustrasi dan kerugian finansial.
Mitos: Passive Income Adalah Uang Gratis
Kesalahpahaman terbesar adalah anggapan bahwa passive income sama dengan "uang gratis" atau "mendapatkan uang tanpa melakukan apa-apa". Pandangan ini sering kali disebarkan oleh janji-janji instan di media sosial yang mengklaim bisa menghasilkan uang saat tidur, tanpa usaha, dan tanpa modal. Realitasnya, pendapatan pasif bukanlah sihir.
Sebaliknya, passive income harus dipahami sebagai pendapatan yang membutuhkan investasi signifikan di awal, baik itu waktu, uang, atau keduanya. Setelah sistemnya terbentuk, barulah pendapatan itu bisa mengalir dengan intervensi minimal. Contohnya, membuat sebuah e-book membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menulis dan mendesainnya. Setelah e-book itu selesai dan diunggah ke platform penjualan, ia bisa terus menghasilkan uang tanpa perlu pekerjaan harian. Namun, proses awal itu sangatlah aktif dan intensif.
Tanpa pemahaman ini, banyak orang yang terjebak dalam skema cepat kaya, membeli kursus mahal yang menjanjikan hasil instan, atau bahkan berinvestasi pada hal-hal yang tidak mereka pahami, yang semuanya berpotensi besar merugikan.