Tampang

Mengapa Orang Sering Salah Kaprah tentang Passive Income?

28 Agu 2025 14:06 wib. 46
0 0
Pendapatan
Sumber foto: Canva

Mitos: Tidak Perlu Ada Upaya Sama Sekali

Anggapan bahwa setelah sistem terbentuk, tidak ada lagi pekerjaan yang diperlukan juga keliru. Hampir semua sumber pendapatan pasif membutuhkan pemeliharaan, pemantauan, dan pembaruan. Sebagai contoh, seorang pemilik properti yang menyewakan rumahnya mungkin tidak perlu bekerja setiap hari, tetapi ia tetap harus mengelola penyewa, memperbaiki kerusakan, membayar pajak, dan mengurus administrasi. Itu semua membutuhkan waktu dan usaha.

Demikian pula dengan aset digital. Seorang kreator konten yang menghasilkan uang dari video lama di YouTube tetap harus memantau tren algoritma, menanggapi komentar, dan memastikan kontennya tetap relevan. Sebuah blog yang sudah punya banyak pembaca tetap butuh pembaruan konten dan optimasi SEO agar tidak tenggelam. Menjalankan bisnis dropshipping yang dianggap pasif juga membutuhkan pengelolaan hubungan dengan pemasok, penanganan keluhan pelanggan, dan promosi berkala.

Intinya, "pasif" di sini tidak berarti nol usaha. Ia berarti usaha yang tidak berbanding lurus dengan waktu yang dihabiskan. Bekerja keras selama satu bulan untuk mendapatkan uang yang terus mengalir selama setahun, jauh lebih efisien daripada bekerja setiap hari untuk mendapatkan upah harian.

Mitos: Semua Jenis Investasi Adalah Passive Income

Banyak orang menyamakan investasi dengan pendapatan pasif, padahal tidak selalu begitu. Membeli saham dan mendapatkan dividen memang merupakan bentuk pendapatan pasif. Namun, membeli saham untuk diperjualbelikan setiap hari atau trading harian bukanlah pendapatan pasif, melainkan pendapatan aktif. Itu membutuhkan pemantauan konstan, analisis pasar, dan keputusan cepat—sebuah pekerjaan penuh waktu.

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

POLLING

Dampak PPN 12% ke Rakyat, Positif atau Negatif?