Ketiga, sistem moneter di berbagai negara yang berbeda-beda juga berkontribusi pada tantangan dalam adopsi satu mata uang global. Dalam sistem moneter saat ini, banyak negara mengandalkan kebijakan moneter untuk mengatasi masalah ekonomi dalam negeri. Ketika satu mata uang global digunakan, negara tidak akan memiliki kontrol yang sama atas suku bunga maupun jumlah uang yang beredar. Kebijakan yang diterapkan oleh negara kuat seperti Amerika Serikat, yang menggunakan Dolar AS sebagai mata uang global, dapat berdampak besar pada ekonomi negara lain, khususnya negara-negara berkembang.
Selanjutnya, stabilitas mata uang adalah isu penting lainnya. Saat ini, beberapa mata uang di dunia lebih stabil dibandingkan yang lain. Misalnya, Dolar AS, Euro, dan Yen Jepang merupakan mata uang yang dikenal stabil. Namun, banyak mata uang di negara berkembang yang mengalami volatilitas tinggi. Jika semua negara menggunakan satu mata uang dan terjadi ketidakstabilan, dampaknya akan jauh lebih besar dan bisa mengakibatkan kegagalan ekonomi secara global. Oleh karena itu, penting bagi negara untuk memiliki mata uang sendiri sebagai perlindungan terhadap ketidakpastian ekonomi.
Selain itu, kekuatan politik dan ekonomi negara-negara besar juga memainkan peran dalam sistem moneter global. Negara yang memiliki kekuatan ekonomi yang besar, seperti AS dan negara-negara Eropa, cenderung lebih diuntungkan dengan mata uang mereka yang diakui secara global. Negara-negara tersebut memiliki kemampuan untuk mengatur nilai mata uang mereka serta memberikan pengaruh besar dalam kebijakan moneter global, yang tentu saja menyulitkan negara-negara lain untuk beradaptasi dengan mata uang tunggal.