Tampang.com , Indonesia – Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri padat karya semakin masif sejak awal tahun 2025. Kondisi ini menjadi perhatian serius para pengamat, yang menilai pemerintah perlu segera bertindak untuk mengatasi dampaknya.
Pengamat kebijakan publik, Agus Pambagio, mengatakan bahwa masifnya gelombang PHK yang terjadi saat ini tidak terlepas dari kondisi ekonomi global dan dalam negeri. Bahkan, ia memprediksi bahwa PHK masih akan berlanjut. “Jangan heran kalau di bulan-bulan ke depan akan banyak industri padat karya lainnya yang akan melakukan PHK,” ujar Agus dalam keterangannya, Jumat (30/5/2025).
Industri padat karya, yang membutuhkan banyak tenaga kerja dibandingkan penggunaan teknologi atau mesin, merupakan tulang punggung perekonomian nasional. Sektor-sektor yang termasuk di dalamnya antara lain tekstil, alas kaki, perkebunan (termasuk industri hasil tembakau), perikanan kelautan, kerajinan, konstruksi, serta pariwisata dan perhotelan.
Agus menyatakan bahwa saat ini industri dalam negeri tidak banyak berkembang karena banyaknya regulasi-regulasi restriktif dan pungutan ilegal, terutama terkait perizinan. Banyaknya pungutan ilegal ini membuat harga produksi menjadi lebih mahal. Akibatnya, ketika dijual untuk ekspor, produk Indonesia kalah bersaing dan hanya mampu mengandalkan pasar dalam negeri.