Rabu pagi memang terindikasi waktu terjadinya kejahatan peretasan di platform kripto asal Indonesia itu, di mana koin yang terdampak diantaranya; 6,14 juta USDT, 1.047 ETH (senilai US$2,48 juta), 25 BTC (senilai US$1,4 juta), 2,2 juta MATIC (senilai US$849 ribu), 1,4 juta ARB (senilai US$749 ribu), 2 juta ENA (senilai US$465 ribu).
Sistem Keamanan Lemah
Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan, kasus dugaan peretasan sistem yang dialami oleh salah satu startup penyedia layanan transaksi jual-beli kripto Indodax merupakan cerminan dari sistem pertahanan siber di Indonesia masih lemah.
Hal itu disampaikan Heru dikarenakan memang insiden peretasan terhadap sejumlah layanan yang terkait dengan aset kripto ataupun uang kripto sudah diprediksi jauh-jauh hari.
“Apa yang terjadi dengan Indodax ini memang merupakan peristiwa yang sebenarnya jauh-jauh hari sudah diprediksi akan menyerang layanan-layanan yang terkait dengan aset kripto atau uang kripto, sehingga ketika ini terjadi pada Indodax mungkin ini memang momentumnya,” kata Heru saat dihubungi.
Insiden tersebut, kata Heru, merupakan gambaran umum bahwa sistem keamanan layanan digital yang ada di Indonesia memang masih rawan terkena serangan siber. Serangan yang kali ini menyasar ke salah satu platform jual-beli aset kripto terbesar di Indonesia.
Menteri Kominfo, Budi Arie Setiadi justru mengatakan hal tersebut memang marak terjadi belakangan ini bukan hanya di Indonesia, melainkan juga terjadi di negara tetangga, Singapura.