Efek ini sangat terlihat pada saham-saham dengan kapitalisasi pasar kecil (small-cap stocks), yang lebih rentan terhadap fluktuasi karena tidak membutuhkan modal besar untuk menggerakkan harganya. Fenomena ini bisa menjadi pisau bermata dua. Jika rekomendasi tersebut berhasil, influencer akan mendapatkan kepercayaan, tetapi jika gagal, para pengikut bisa merugi dan menyebabkan hilangnya kepercayaan.
Fenomena Short Squeeze dan Kekuatan Kolektif
Salah satu contoh paling ikonik dari pengaruh media sosial adalah kasus GameStop pada awal 2021. Sekelompok investor kecil, yang terorganisir di forum Reddit seperti r/WallStreetBets, berhasil memanipulasi pasar dengan membeli saham GameStop secara besar-besaran. Aksi ini bertujuan untuk melawan dana lindung nilai (hedge fund) besar yang telah melakukan short selling (meminjam saham untuk dijual dengan harapan harganya turun).
Ketika harga saham GameStop meroket, para hedge fund tersebut terpaksa membeli saham dalam jumlah besar untuk menutupi posisi short mereka, yang justru membuat harga saham naik lebih tinggi lagi. Fenomena ini dikenal sebagai short squeeze. Peristiwa ini menjadi bukti nyata bahwa media sosial mampu menyatukan investor retail untuk melawan pemain besar di pasar, menunjukkan kekuatan kolektif yang belum pernah ada sebelumnya. Ini mengubah persepsi banyak orang tentang siapa yang benar-benar memegang kendali di pasar saham.
Algoritma dan Sentimen Otomatis
Selain intervensi manusia, ada juga teknologi yang mempercepat pengaruh media sosial. Banyak firma keuangan dan investor profesional kini menggunakan algoritma yang menganalisis sentimen di media sosial secara real-time. Alat-alat ini memindai jutaan cuitan, postingan, dan komentar untuk mengukur apakah sentimen terhadap sebuah perusahaan atau industri sedang positif, negatif, atau netral.