Selain itu, data setelmen hingga 4 Juli 2024 menunjukkan bahwa asing jual neto senilai Rp 32,58 triliun di pasar SBN, jual neto sebesar Rp 9,06 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp 139,79 triliun di SRBI.
Dapat diamati bahwa asing mayoritas mengoleksi saham perbankan raksasa dalam rentang pekan ini. Tercatat bahwa empat saham bank raksasa menjadi incaran asing, dengan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi yang paling banyak dikoleksi, mencapai Rp 1,3 triliun selama pekan tersebut.
Kehadiran kembali investor asing di pasar saham Indonesia memberi dampak positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang kembali menunjukkan kenaikan. Dalam sepekan ini, IHSG berhasil menguat hingga 2,69% dan hanya mengalami koreksi pada satu hari perdagangan. Terdapat indikasi positif bahwa sentimen pasar, baik dari dalam negeri maupun global, mendorong bangkitnya IHSG. Misalnya, data ekonomi domestik bulan Juni menunjukkan adanya katalis penting, termasuk tingkat inflasi yang terkendali dan kenaikan cadangan devisa.
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia periode Juni 2024 kembali mengalami deflasi sebesar 0,08% secara bulanan (mtm), dengan tingkat inflasi tahunan (yoy) mencapai 2,51%. Sementara itu, Konsensus pasar memperkirakan inflasi Juni 2024 sebesar 0,07% (mtm) dan 2,74% (yoy). Data dari Bank Indonesia juga menunjukkan kenaikan cadangan devisa sebesar US$ 1,2 miliar pada periode Juni 2024, menjadi US$ 140,2 miliar. Hal ini dipandang positif oleh pasar karena dapat mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.