Situasi krisis beras di Jepang ini juga berdampak pada hubungan internasional, terutama dalam hal perdagangan pangan. Negara-negara produsen beras lainnya di Asia mulai memperhatikan krisis ini dan melihat peluang untuk menawarkan pasokan mereka. Dengan meningkatnya permintaan beras dari Jepang, Indonesia berpotensi mendapatkan keuntungan lebih besar dari ekspor beras, yang dapat menguntungkan perekonomian nasional.
Di tengah ketidakpastian ini, masyarakat Jepang berusaha beradaptasi dengan kenyataan baru. Peningkatan harga beras menjadi perhatian utama, terutama di kalangan keluarga dengan tingkat pendapatan menengah ke bawah. Banyak di antara mereka yang mulai mencari alternatif lain sebagai pengganti beras atau mencoba strategi baru dalam memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari. Namun, situasi ini tetap menjadi tantangan yang harus ditangani oleh pemerintah.
Ketika Taku Eto mengundurkan diri, banyak yang melihat ini sebagai pertanda krisis yang lebih besar dalam sektor pertanian Jepang. Publik beranggapan bahwa langkah-langkah yang diambil pemerintah tidak cukup untuk menanggulangi masalah yang telah ada sejak lama. Kini, pemerintah Jepang dituntut untuk segera merumuskan kebijakan yang lebih efektif untuk meningkatkan ketahanan pangan dan kestabilan harga beras.