Belum ada teknologi yang dapat menguras seluruh isi sumur minyak yang sudah berproduksi menjadi alasannya karena Indonesia tidak bisa memproduksi cadangan miynak itu kembali.
"Energi fosil suatu saat tidak bisa memproduksikannya lagi, mungkin perlu mengubah bahasa. Sebenarnya bukan habis, menurut saya suatu saat tidak bisa memproduksi oil kita. Karena di bawah tanah belum ada teknologi menguras oil 100%, paling banyak 40% sampai 60%," jelasnya.
Sebab itu, mantan Menteri ESDM ini menyatakan pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) menjadi suatu yang tidak bisa ditunda lagi. Hal ini guna mengantisipasi jika di masa mendatang minyak sudah tidak bisa diproduksi.
"Kalau sudah tidak bisa diproduksikan lagi, apakah mendorong EBT? Yang benar adalah pilihan terhadap EBT sebuah keharusan, bukan lagi memilih apakah fosil fuel atau EBT," tandasnya.