Ibunya, Elisabeth, yakin bahwa tendanya telah disapu angin kencang, sehingga sang anak tidak memiliki tempat untuk berlindung. Ia menyatakan bahwa putranya pasti sangat menderita dalam kondisi yang sangat ekstrim dan akhirnya meninggal sendirian. Tidak dapat menahan kesedihan, ibunya juga mengungkapkan bahwa ia terus-menerus teringat akan momen-momen akhir yang mungkin dialami putranya.
Ketika tubuh De Beul ditemukan oleh petugas keselamatan, kakinya benar-benar beku dan hidungnya patah, yang diduga akibat kedinginan dan terjatuh tengkurap. Bagi keluarganya, menyelamatkan hidupnya hanya dengan bertahan selama satu hari saja akan menjadi penyesalan yang besar.
Pasalnya, Storm sebenarnya berada cukup dekat dengan mobilnya dan sudah berencana untuk meninggalkan alam liar menuju rumahnya. Namun, badai salju yang kencang sudah terlanjur menghadang, membuatnya sulit untuk bertahan.
Sebelum kehilangan nyawanya, Storm sempat menghubungi layanan darurat untuk meminta pertolongan. Ia menjelaskan kondisinya yang sudah terluka, namun sayangnya petugas keselamatan tidak dapat menyelamatkan nyawanya. Saat helikopter tiba sehari setelahnya, ia telah dinyatakan meninggal dunia.