Ketika jam makan siang tiba di Spanyol, sebagian besar negara seolah melambat. Toko-toko kecil tutup, kantor-kantor menjadi hening, dan jalanan yang sebelumnya ramai kini lengang. Ini bukan karena malas, melainkan karena sebuah tradisi yang sudah mendarah daging: siesta. Lebih dari sekadar tidur siang, siesta adalah sebuah filosofi hidup, seni menikmati jeda di tengah hari yang panas, dan penegasan bahwa kehidupan tidak hanya tentang produktivitas tanpa henti.
Asal-usul di Bawah Terik Matahari
Kata "siesta" berasal dari bahasa Latin hora sexta, yang berarti "jam keenam" atau sekitar tengah hari. Secara historis, siesta adalah respons alami terhadap iklim Mediterania yang panas, terutama di musim panas. Pada puncaknya, terik matahari bisa sangat menyengat, membuat aktivitas fisik di luar ruangan menjadi tidak nyaman dan bahkan berisiko. Oleh karena itu, jeda panjang di tengah hari menjadi sebuah kebutuhan praktis.
Selain faktor cuaca, pola makan tradisional Spanyol juga berkontribusi pada budaya siesta. Makan siang (almuerzo) adalah hidangan utama dan terbesar dalam sehari, seringkali disantap bersama keluarga dan berlangsung cukup lama. Setelah menikmati hidangan berat, tubuh secara alami membutuhkan waktu untuk mencerna dan beristirahat. Siesta menyediakan waktu ideal untuk itu.