Shell, perusahaan minyak dan gas multinasional, baru-baru ini mengumumkan rencananya untuk menutup sekitar 1.000 stasiun pengisian bahan bakar (SPBU) di seluruh dunia. Keputusan ini telah mengejutkan banyak pihak, terutama para pemilik SPBU dan konsumen. Berbagai spekulasi dan pertanyaan pun muncul seiring dengan pengumuman tersebut. Mengapa Shell memutuskan untuk menutup begitu banyak SPBU? Apa alasan di balik keputusan ini?
Salah satu alasan utama di balik rencana penutupan SPBU ini adalah perubahan kebiasaan konsumen dalam hal pengisian bahan bakar. Dengan semakin berkembangnya teknologi mobil yang lebih efisien dalam hal konsumsi bahan bakar, serta tren penggunaan kendaraan listrik yang semakin meningkat, permintaan akan bahan bakar konvensional cenderung menurun. Hal ini dapat dilihat sebagai strategi Shell dalam mengantisipasi perubahan pasar dan mengalokasikan sumber daya mereka secara lebih efisien.
Selain itu, penutupan SPBU juga dipengaruhi oleh perubahan dalam kebijakan energi dan lingkungan di berbagai negara. Dalam upaya untuk mengurangi emisi karbon dan mempromosikan energi terbarukan, banyak negara yang sedang mengadopsi kebijakan pro-lingkungan yang memberikan insentif bagi kendaraan listrik dan energi ramah lingkungan lainnya. Hal ini tentu saja berdampak pada permintaan bahan bakar fosil dan mengakibatkan penurunan keuntungan yang signifikan bagi perusahaan seperti Shell.