Tampang.com | Rosetta Stone, sebuah artefak bersejarah yang ditemukan pada tahun 1799, menjadi titik balik dalam kajian arkeologi dan linguistik, khususnya dalam memahami bahasa Mesir Kuno. Artefak ini terbuat dari granodiorit dan memiliki inskripsi yang ditulis dalam tiga sistem penulisan: hieroglif, demotik, dan Yunani Kuno. Penemuan Rosetta Stone di kota Rosetta, Mesir, membuka jalan bagi ilmuwan dan arkeolog untuk akhirnya mengungkap misteri bahasa yang telah hilang selama berabad-abad.
Keberadaan Rosetta Stone menjadi sangat signifikan karena inskripsi Yunani Kuno di bagian bawah memberikan konteks penting yang memungkinkan para ahli untuk memahami isi naskah yang lebih sulit, yaitu hieroglif dan demotik. Hieroglif adalah sistem penulisan yang kompleks dan tersebar di kuil serta monumen Mesir Kuno. Namun, selama ribuan tahun, pemahaman tentang hieroglif telah hilang, membuat banyak aspek budaya dan sejarah Mesir menjadi misteri. Dengan Rosetta Stone, para ilmuwan mulai bisa menerjemahkan aksara-aksara yang sebelumnya tidak dimengerti.
Proses penguraian Rosetta Stone merupakan salah satu pencapaian terbesar dalam sejarah arkeologi. Jean-François Champollion, seorang linguis Prancis, dilaporkan berhasil menerjemahkan hieroglif berkat artefak ini pada tahun 1822. Melalui penelitiannya, Champollion menunjukkan bahwa hieroglif bukan sekadar simbol-simbol gambar, tetapi juga dapat mewakili suara dan ide. Penemuan ini merupakan lompatan besar dalam studi Mesir Kuno dan mendatangkan gelombang minat baru dalam arkeologi Mesir.