Edukasi lingkungan adalah salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan dalam pembangunan berkelanjutan. Di tengah perubahan iklim dan kerusakan lingkungan yang semakin serius, generasi muda harus dibekali dengan wawasan dan pemahaman yang mendalam mengenai pentingnya menjaga lingkungan. Namun, dalam proses edukasi lingkungan ini, tidak cukup hanya dengan memasukkan materi ilmiah atau teknis. Lebih jauh, penting untuk mengintegrasikan nilai budaya yang ada di masyarakat, agar generasi muda tidak hanya memahami lingkungan dari satu sisi, tetapi juga merasakannya secara emosional dan kultural.
Nilai budaya merupakan cerminan dari identitas suatu masyarakat. Setiap budaya memiliki cara tersendiri dalam memandang dan berinteraksi dengan alam. Di Indonesia, misalnya, banyak nilai budaya yang mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia dan alam. Kearifan lokal yang telah diwariskan dari generasi ke generasi menyimpan pelajaran berharga tentang bagaimana manusia harus hidup harmonis dengan lingkungan sekitar. Dengan mengintegrasikan nilai budaya dalam edukasi lingkungan, generasi muda dapat memahami bahwa upaya pelestarian lingkungan bukan hanya sekadar kewajiban, tetapi juga bagian dari identitas dan warisan nenek moyang mereka.
Salah satu contoh nilai budaya yang bisa diintegrasikan dalam edukasi lingkungan adalah konsep gotong royong. Dalam banyak komunitas, gotong royong bukan hanya diaplikasikan dalam hal sosial, tetapi juga dalam kegiatan menjaga dan merawat lingkungan. Genersai muda yang diajarkan tentang pentingnya gotong royong akan lebih termotivasi untuk berpartisipasi dalam kegiatan lingkungan, seperti membersihkan sungai atau menanam pohon secara bersama-sama. Hal ini tidak hanya meningkatkan kepedulian mereka terhadap lingkungan, tetapi juga memperkuat rasa komunitas di antara mereka.