Saat ini, mumi Bashiri disimpan di Museum Mesir yang terletak di Kairo. Kain dan gambar yang menutupi wajahnya mengandung desain yang menyerupai arsitektur piramida Mesir, mencerminkan penghormatan dan status tinggi dari orang yang terikat di dalamnya. Namun, banyak yang bertanya-tanya, mengapa para ilmuwan merasa keberatan untuk membongkar mumi ini?
Membuka kain pembalseman pada umumnya menjadi cara yang paling langsung untuk menggali informasi lebih lanjut mengenai individu di dalamnya. Namun, kain yang membungkus mumi Bashiri sangat halus dan rapuh, sehingga menyentuhnya akan berpotensi menghancurkan satu-satunya contoh teknik mumifikasi yang diketahui. Mengingat nilai sejarah dan ilmiah yang sangat tinggi, ilmuwan merasa perlu untuk menghindari tindakan yang bisa merusak keunikan mumi tersebut.
Oleh karena itu, metode non-invasif seperti pemindaian CT dan sinar-X menjadi pilihan utama para peneliti untuk menyelidiki mumi yang masih menjadi misteri ini. Dengan mempelajari penampilan dekoratif pada mumi, para ahli berharap bisa menemukan petunjuk tentang kedudukan sosial orang tersebut semasa hidupnya. Misalnya, kuncir lateral di dadanya. Dikenal dengan beberapa baris manik-manik dan dihiasi duri berbentuk kepala elang, pola ini dianggap sebagai tanda kekayaan dan pengaruh dalam kehidupan sosial saat itu.
Selain itu, korset yang menyelimuti tubuh mumi Bashiri juga menarik perhatian. Korset ini menampilkan adegan-adegan yang melambangkan almarhum tengah beristirahat di tempat tidur, dikelilingi oleh dewa-dewa yang penting seperti Isis dan Nephthys. Bahkan, di sampingnya, terdapat gambaran dari empat putra dewa Horus yang merupakan anak dari Dewi Isis, menggambarkan kekuatan dan perlindungan di dunia akhirat.