Navigasi telah menjadi salah satu aspek penting dalam peradaban manusia. Sejak zaman prasejarah, manusia selalu mencari cara untuk mengetahui arah dan menentukan tujuan mereka. Salah satu penemuan paling signifikan dalam sejarah navigasi adalah kompas, alat yang tidak hanya memudahkan perjalanan, tetapi juga mengubah cara orang mengeksplorasi dunia. Di balik penemuan kompas, ada peran penting dari Tiongkok, yang menjadi salah satu pionir dalam pengembangan teknologi navigasi.
Kompas modern, yang sering kita gunakan saat ini, memiliki akar yang dalam di Tiongkok. Suku bangsa Tiongkok telah menggunakan batu ferromagnetik, yang dikenal sebagai lodestone, sejak abad ke-4 SM. Namun, penemuan kompas yang lebih dikenal, berupa jarum magnetik yang mengambang di atas air, baru muncul pada abad ke-11. Inovasi ini memungkinkan para pelaut dan petualang untuk menentukan arah utara dengan lebih akurat, tanpa bergantung pada posisi matahari atau bintang-bintang. Dengan kata lain, kompas menjadi alat yang sangat vital dalam navigasi.
Satuan penemuan Tiongkok ini lalu menyebar ke berbagai belahan dunia, termasuk ke Eropa, melalui jalur perdagangan yang dikenal sebagai Jalur Sutra. Pada abad ke-13, ketika Marco Polo melakukan perjalanan ke Tiongkok, ia mengamati penggunaan kompas oleh para pelaut Tiongkok. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa kompas mulai dikenal di Eropa, dan kemampuannya dalam navigasi laut sangat dihargai. Dengan adanya kompas, pelayaran yang sebelumnya sangat bergantung pada cuaca dan pengamatan langsung kini menjadi lebih dapat diandalkan.