Selain flu burung, faktor lain yang turut memperburuk kondisi harga telur adalah inflasi dan kenaikan biaya produksi. Biaya pakan dan tenaga kerja yang meningkat turut berkontribusi terhadap lonjakan harga. Tak hanya itu, regulasi ketat terkait telur bebas kandang di beberapa negara bagian juga menambah tekanan bagi industri peternakan. Aturan ini memaksa peternak untuk menerapkan standar kesejahteraan hewan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya berdampak pada kenaikan harga produksi dan harga jual telur di pasaran.
Kenaikan harga telur ini memberikan dampak besar bagi masyarakat AS, terutama bagi rumah tangga dengan pendapatan menengah ke bawah. Banyak konsumen yang harus mencari alternatif sumber protein yang lebih terjangkau. Sementara itu, pelaku industri makanan yang sangat bergantung pada telur sebagai bahan baku juga mulai mengalami kesulitan dalam menekan biaya produksi.
Meski situasi masih belum menentu, beberapa langkah mitigasi telah dilakukan untuk mengatasi krisis ini. Pemerintah AS dan para peternak berusaha meningkatkan produksi dengan mempercepat pembiakan ayam petelur baru. Namun, proses ini memerlukan waktu, sehingga solusi jangka pendek masih terbatas. Di sisi lain, beberapa negara bagian juga tengah mempertimbangkan kebijakan impor untuk menstabilkan harga di pasaran.