Meskipun hasil akhir menunjukkan peningkatan, hal ini belum sepenuhnya menjawab spekulasi terkait efek langsung dari gempa. Namun demikian, perubahan ini cukup signifikan dan memperkuat kebutuhan akan pembaruan data geografis secara berkala, apalagi di wilayah yang sangat dinamis secara tektonik seperti Himalaya.
Respons Dunia Pendakian: Lebih Tinggi, Lebih Menantang
Bagi komunitas pendaki gunung, kabar bahwa Everest bertambah tinggi justru dianggap sebagai tantangan baru yang menarik. Salah satunya adalah Garret Madison, pendaki asal Amerika Serikat sekaligus pemilik Madison Mountaineering. Ia mengungkapkan rasa antusiasnya untuk mendaki Everest pada ketinggian barunya.
“Dengan pengumuman ketinggian terbaru ini, saya yakin akan ada rekor-rekor baru pendakian tertinggi yang akan tercipta di tahun 2021 dan seterusnya,” ujar Madison. Bagi sebagian pendaki, perbedaan angka mungkin terdengar kecil, namun bagi yang menargetkan rekor atau pencapaian ekstrem, setiap meter sangat berarti.
Sumber Data yang Beragam: Dari Satelit hingga Survei Tradisional
Meskipun kini Nepal dan China telah sepakat mengenai angka resmi tinggi Everest, kenyataannya berbagai pihak masih menggunakan data berbeda-beda. Misalnya, beberapa organisasi pendaki dari Barat lebih memilih menggunakan tinggi 8.850 meter. Angka tersebut berasal dari survei National Geographic Society dan Museum of Science Boston yang dilakukan pada tahun 1999. Pengukuran tersebut memanfaatkan teknologi satelit dan menghasilkan hasil yang berbeda, namun tetap mendekati angka terbaru.
Perbedaan metode pengukuran—antara tradisional dan berbasis teknologi modern—menjadi salah satu alasan utama munculnya variasi angka tinggi Gunung Everest di berbagai referensi. Namun, konsensus antara Nepal dan China kini memberikan fondasi baru untuk pembaruan data global.