Beberapa alasan kenapa orang bisa jadi kepo antara lain:
-
Merasa kurang hiburan atau informasi, sehingga menjadikan kehidupan orang lain sebagai “konten”.
-
Kurang percaya diri, sehingga lebih fokus pada kehidupan orang lain ketimbang mengembangkan diri sendiri.
-
Rasa iri atau kompetisi sosial yang mendorong seseorang untuk terus membandingkan hidupnya dengan orang lain.
Kata Gaul yang Masuk Resmi: Bukti Dinamisnya Bahasa
Masuknya kata “kepo” ke dalam KBBI menandakan bahwa bahasa bersifat dinamis dan terus berkembang sesuai dengan budaya serta kebiasaan masyarakat. Banyak istilah gaul yang dulunya hanya digunakan secara informal, kini telah mendapat tempat resmi dalam kamus bahasa kita.
Hal ini menjadi bukti bahwa bahasa adalah cerminan zaman. Seiring perkembangan zaman, kata-kata baru akan terus muncul dan digunakan dalam konteks sosial, termasuk yang berasal dari budaya asing seperti “kepo”.
Lebih dari Sekadar Kata Gaul, ‘Kepo’ Punya Sejarah Panjang
Jadi, meskipun kata “kepo” sering digunakan dalam obrolan sehari-hari dan terkesan sederhana, ternyata istilah ini punya sejarah yang cukup panjang dan lintas budaya. Berasal dari Bahasa Hokkien, diadaptasi dalam Singlish, dan akhirnya populer di Indonesia, "kepo" telah melewati perjalanan linguistik yang menarik.
Kini, sebagai bagian dari Bahasa Indonesia yang diakui resmi, kepo bukan hanya cerminan dari gaya bahasa anak muda, tetapi juga menunjukkan bagaimana budaya dan komunikasi berkembang seiring waktu. Tapi ingat, jadi penasaran boleh – asal tetap tahu batas!