Riwayat Hidup Al Battani
Nama lengkap al-Battani adalah Abu Abdullah Muhammad ibn Jabir ibn Sinan Al-Battani al-Harrani. Di Eropa, ia dikenal dengan sebutan Albategnius atau al-Batenus. Ia lahir pada tahun 858 M di daerah Battan, Harran, yang terletak di Barat Daya Irak. Cucu dari ilmuwan Arab terkemuka, Tsabit bin Qurah, yang dikenal sebagai ahli astroomi dan matematika terbesar di dunia pada abad pertengahan ini wafat pada tahun 317 H (929 M).
Awalnya, al-Battani hidup di kalangan komunitas Sekte Sabian, sebuah sekte pemuja bintang yang religius dari Harran yang memiliki motivasi kuat untuk mempelajari ilmu perbintangan. Sekte Sabian ini banyak menghasilkan para ahli matematika dan ahli falak terkemuka seperti Thabit bin Qurrah. Namun meski demikian, al-Battani bukanlah seorang Sabian, mengingat bahwa nama yang melekat pada dirinya menunjukkan bahwa ia adalah seorang Muslim.
Kepakaran dan popularitas yang diraih al-Battani sebagai ahli astronomi dan matematika terbesar di dunia pada abad pertengahan kiranya tak bisa dilepaskan dari latar belakang keluarganya yang memiliki darah ilmuwan. Ayahnya yang bernama Jabir ibn Sinan dan merupakan seorang pakar sains terkenal telah mengarahkan putranya untuk menekuni dunia pengetahuan sejak kecil. Kepada ayahnyalah al-Battani belajar astronomi dan matematika. Memasuki masa remaja, al-Battani berhijrah ke Raqqa yang terletak di tepi sungai Eufrat untuk menekuni bidang sains. Di kota inilah al-Battani melakukan berbagai penelitian hingga menemukan beragam penemuan cemerlangnya. Kala itu, Raqqa menjadi terkenal dan mencapai kemakmuran karena khalifah Harun al-Rasyid, khalifah kelima dalam dinasti Abbasiyah, membangun sejumlah istana di kota tersebut pada 14 September 786 sebagai salah satu bentuk penghargaan atas sejumlah penemuan yang dihasilkan oleh penelitian yang dilakukan al-Battani. Usai pembangunan sejumlah istana di Raqqa, kota ini pun menjadi pusat kegiatan ilmu pengetahuan dan perniagaan.
Ali bin Isa Al-Asthurlabi atau Yahya bin Abu Manshur yang merupakan dua ilmuwan terkemuka dalam bidang astronomi yang hidup pada masa al-Battani bisa jadi—meski tidak ada data yang pasti akan hal ini—merupakan guru astronomi dari al-Battani selain dari ayahnya. Namun yang jelas, al-Battani telah menguasai berbagai buku astronomi yang banyak beredar pada masanya, terutama buku Almagest karya Ptolemaeus.