Di Yellow Valley terdapat danau gletser yang sering digunakan oleh pendaki untuk mendapatkan pasokan air, faktor penting yang tidak bisa dianggap remeh dalam pendakian di ketinggian. Danau ini, meski terlihat indah, dapat memberi tantangan tersendiri jika cuaca mendadak berubah ekstrem.
Seiring dengan perkembangan zaman, Yellow Valley telah menjadi titik awal standar bagi ekspedisi menuju puncak Carstensz. Ini menggantikan metode pendakian tradisional yang lebih berisiko dan memakan waktu, yakni melalui trekking darat panjang dari desa-desa terdekat seperti Sugapa atau Ilaga. Jalur lama ini biasanya memerlukan dasar camp di Lembah Meren dan sekitarnya sebelum pendaki dapat menuju Yellow Valley. Era modern ini melihat penggunaan helikopter untuk akses yang lebih mudah dan cepat ke lokasi tersebut, menjadikan Yellow Valley lebih populer di kalangan para pendaki.
Namun, sebelum memutuskan untuk melakukan pendakian ke Carstensz, penting untuk memahami bahwa kawasan Papua, terutama untuk pendakian ekstrem, telah mengalami banyak perubahan sejak puncak ini pertama kali berhasil didaki pada tahun 1962 oleh tim pendaki yang dipimpin oleh Heinrich Harrer. Dalam dekade-dekade berikutnya, pendakian biasanya dilakukan melalui metode trekking yang tidak hanya memakan waktu tapi juga berpotensi menghadirkan risiko tinggi.
Hal ini membuat akses ke Puncak Carstensz sempat ditutup antara tahun 1995 hingga 2005. Penutupan ini disebabkan oleh masalah keamanan dan perizinan yang diperlukan untuk beroperasi di Papua. Setelah dibukanya kembali akses ini pada tahun 2006, Yellow Valley memperoleh status barunya sebagai basecamp utama untuk pendakian Carstensz, membantu meningkatkan jumlah pendaki yang datang ke lokasi ini.