Industri pariwisata yang dikenal sebagai sektor penuh harapan dan impian, kini menjadi ladang subur bagi para pelaku kejahatan digital dan penipu konvensional. Berdasarkan laporan terbaru dari Mastercard Economics Institute, sepanjang tahun 2024 terjadi peningkatan signifikan dalam kasus penipuan yang menargetkan wisatawan, terutama selama musim liburan musim panas dan musim dingin.
Laporan ini menunjukkan bahwa penipuan dalam sektor pariwisata meningkat sebesar 18% saat musim panas dan melonjak hingga 28% saat musim dingin. Artinya, saat antusiasme berlibur memuncak, peluang bagi pelaku penipuan pun ikut naik.
Agen Perjalanan Jadi Sumber Penipuan Terbesar
Salah satu sorotan utama dalam laporan ini adalah betapa masifnya penipuan yang terjadi melalui pemesanan agen perjalanan dan tur. Modusnya seringkali dimulai dengan penawaran menarik melalui media sosial atau situs yang tampak profesional. Setelah pembayaran dilakukan, tur yang dijanjikan tak jarang menghilang begitu saja, atau hasilnya sangat jauh dari ekspektasi.
Laporan mencatat bahwa penipuan oleh agen perjalanan terjadi lebih dari empat kali lipat dibanding sektor industri lainnya. Dalam dunia digital saat ini, banyak orang terjebak oleh visual yang meyakinkan tanpa melakukan pengecekan latar belakang terlebih dahulu. Inilah yang dimanfaatkan para pelaku kejahatan untuk menjaring korban sebanyak-banyaknya.
Jenis Penipuan Berbeda di Tiap Kota
David Mann, Kepala Ekonom Mastercard untuk wilayah Asia-Pasifik, menjelaskan bahwa bentuk penipuan ternyata bervariasi tergantung pada destinasi wisatanya. Misalnya, di beberapa kota besar, biro perjalanan menjadi sumber penipuan utama, sedangkan di kota lain justru layanan makanan mendominasi kasus penipuan.