Perusahaan ini telah berhasil memanfaatkan pergeseran pola konsumsi di China, satu dari negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Namun, pernyataan Zhong tidak sepenuhnya disambut hangat, terutama karena perusahaannya juga telah menjadi sasaran serangan sebelumnya. Awal tahun ini, ia menghadapi gelombang serangan dari kaum nasionalis yang menuduhnya tidak memiliki rasa patriotisme. Kampanye tersebut menekan harga saham perusahaan minumannya dan merusak penjualannya.
Di Indonesia, Temu juga tidak luput dari kontroversi. Meskipun berusaha mendaftar beberapa kali, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan larangan keras terhadap operasional Temu di tanah air. Temu dianggap sebagai "pembunuh UMKM lokal" karena konsepnya yang menjual barang langsung dari pabrik ke konsumen, membuatnya meraih ketidaksetujuan dari banyak pihak. Meskipun begitu, Temu masih berupaya untuk masuk ke pasar Indonesia dengan mencoba mendaftarkan bisnisnya di Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham). Namun, pemerintah RI dengan tegas memblokir usaha Temu untuk memasuki pasar tanah air.
Selain itu, situasi ini juga mencerminkan dampak dari persaingan harga di industri e-commerce yang semakin memanas. Mengingat Temu menawarkan harga jual yang jauh lebih murah, khawatirannya adalah dampaknya terhadap persaingan yang sehat. Hal ini juga menjadi perhatian di banyak negara, termasuk di China dengan perdebatan seputar sistem harga yang ada.