Menurut Sherry He, profesor pemasaran dari Michigan State University, AI bisa menjadi alat bantu positif selama digunakan dengan niat baik. Ia menyarankan agar platform digital lebih fokus memantau pola perilaku mencurigakan, bukan serta-merta membatasi penggunaan AI secara menyeluruh.
Sebagai konsumen, penting untuk lebih jeli saat membaca ulasan. Hindari percaya begitu saja pada review yang terlalu sempurna atau sebaliknya, terlalu negatif. Waspadai juga kalimat yang terlalu sering mengulang nama produk, atau penggunaan frasa klise seperti “hal pertama yang saya perhatikan” atau “produk ini benar-benar mengubah hidup saya”. Itu bisa jadi ciri khas teks buatan mesin.
Penelitian dari Balázs Kovács, profesor di Yale, bahkan menunjukkan bahwa banyak orang gagal membedakan antara ulasan asli dan ulasan AI. Bahkan teknologi pendeteksi AI pun kesulitan mengenali jika teksnya terlalu pendek.
Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, konsumen harus terus membekali diri dengan literasi digital yang baik. Jangan sampai kita tertipu oleh ulasan palsu yang tampak sempurna namun menyesatkan. Di era AI, kemampuan berpikir kritis dan cermat saat membaca menjadi senjata utama untuk menghindari jebakan informasi palsu.