Tampang.com | Fenomena judi online di Indonesia kembali menjadi sorotan tajam setelah terungkapnya modus baru yang dilakukan oleh kelompok pelaku internasional. Kali ini, perhatian tertuju pada kehadiran jaringan asal China yang menyusup ke dalam negeri dengan strategi yang semakin canggih dan sistematis. Fakta mengejutkan ini diungkap langsung oleh Kapolri Listyo Sigit Prabowo dalam acara Program Mentoring Berbasis Risiko (Promensisko) 2025 yang berlangsung di kantor Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).
Menurut Sigit, jaringan pelaku kejahatan dari China membentuk perusahaan teknologi palsu di Indonesia. Perusahaan fiktif ini bukan sekadar kedok biasa, melainkan dirancang khusus untuk membangun sistem judi online terbaru yang sangat mudah diakses oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Strategi mereka fokus pada kemudahan deposit dengan nominal kecil sehingga tampak seolah-olah tidak berisiko. Namun, dampaknya sangat besar—Polri bahkan berhasil mengamankan dana hasil kejahatan senilai Rp 500 miliar hanya dari satu kasus.
Upaya pemberantasan judi online kini semakin masif. Satgas Pemberantasan Judi Online, yang dipimpin oleh Menko Polhukam dan didukung oleh Polri, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia, serta PPATK, terus memburu para pelaku. Mereka bekerja sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto untuk menghentikan ancaman ini secara total. Lebih dari itu, masyarakat pun mulai menunjukkan kepedulian melalui edukasi internal di lingkungan keluarga tentang bahaya dan dampak sosial dari judi online.
Hasil dari kerja keras ini mulai terlihat. Berdasarkan data terbaru PPATK, jumlah transaksi judi online pada kuartal pertama tahun 2025 menurun drastis, lebih dari 80% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dari Januari hingga Maret 2025 tercatat 39,8 juta transaksi, dan jika tren ini bisa dipertahankan, total transaksi hingga akhir tahun diperkirakan bisa ditekan menjadi sekitar 160 juta transaksi saja.