Sebuah perusahaan rintisan teknologi bernama Figure AI mendadak mencuri perhatian publik dan investor di awal tahun 2025. Meski belum begitu dikenal sebelumnya, startup ini langsung menggemparkan Silicon Valley karena memiliki ambisi besar: menciptakan robot humanoid masa depan yang dapat menggantikan peran manusia di jalur perakitan industri hingga di rumah tangga. Nilai valuasi yang ditawarkan pun bukan main-main, hampir menyentuh angka US$40 miliar atau sekitar Rp671 triliun.
Melansir dari The Wall Street Journal (WSJ), Figure AI menargetkan akan menempatkan lebih dari 200.000 robot di berbagai sektor industri dan rumah tangga pada tahun 2029. Visi ini tentu sangat ambisius, mengingat tantangan teknis dan rekayasa perangkat keras yang belum berhasil ditaklukkan oleh banyak pengembang dalam beberapa dekade terakhir.
Belum Ada Pendapatan, Tapi Sudah Bernilai Triliunan?
Yang membuat banyak pihak terkejut adalah kenyataan bahwa hingga saat ini, Figure AI belum menghasilkan pendapatan sama sekali, dan hanya mampu memproduksi beberapa lusin robot. Namun, dalam dokumen yang disebar kepada calon investor, Figure menyebutkan bahwa mereka telah berhasil menggandeng BMW sebagai klien komersial pertama mereka. Perusahaan pun optimis dapat meraih pendapatan US$9 miliar pada tahun 2029, jika rencana berjalan mulus.
Pendiri Figure AI, Brett Adcock, menyebut perusahaannya sebagai “saham swasta paling diminati di pasar sekunder.” Dalam unggahan media sosialnya pada 24 Maret, Adcock bahkan mengklaim bahwa Figure lebih dicari dibanding raksasa teknologi seperti SpaceX dan OpenAI. Klaim ini tentu saja menuai pro dan kontra.
Adcock dikenal sebagai pengusaha serial yang sangat vokal di media sosial. Ia sering membagikan update tentang perkembangan perusahaannya, termasuk video demo robot yang tengah melakukan tugas perakitan di fasilitas milik BMW. Dalam unggahannya pada 31 Maret, ia menulis dengan percaya diri, “Ini bukan sekadar uji coba—ini bukti nyata robot otonom beroperasi dalam sistem produksi. Saatnya nyalakan musiknya!”