Salah satu aspek penting terkait kendaraan listrik adalah anggapan bahwa pengguna mobil listrik cenderung tidak kembali ke mobil konvensional atau ICE setelah menggunakan mobil listrik. Bahkan, pemimpin Pusat Mobilitas Masa Depan McKinsey, Philipp Kampshoff, mengungkapkan kejutannya terhadap hasil survei tersebut. Ia menyatakan bahwa sebelumnya ia percaya bahwa setelah seseorang membeli mobil listrik, mereka tidak akan kembali ke mobil konvensional.
Di Amerika Serikat, jaringan pengisian daya ulang listrik umum sebenarnya tidak terlalu sedikit. Pada Mei 2024, negara tersebut telah memiliki sekitar 183 ribu titik stasiun pengisian daya listrik umum. Pemerintah AS bahkan telah mengalokasikan dana sebesar USD 5 miliar dalam bentuk hibah untuk meningkatkan jumlah stasiun pengisian daya listrik super cepat. Namun, implementasinya tidak selalu berjalan mulus karena dihadapkan pada banyak peraturan lokal.
Selain itu, survei McKinsey juga menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen mobil masih memiliki minat pada kendaraan listrik, di mana 38 persen responden global yang saat ini tidak menggunakan kendaraan listrik menyatakan bahwa mereka akan mempertimbangkan kendaraan listrik bertenaga baterai (BEV) atau hibrida plug-in (PHEV) sebagai pengganti mobil konvensional.
Jika kita merinci lebih lanjut terkait konsumen di Amerika Serikat, ada beberapa faktor lain yang juga membuat konsumen ingin beralih kembali ke mobil konvensional selain dari masalah infrastruktur pengisian daya. Diantaranya adalah kurangnya fasilitas pengisian daya listrik umum (35%), biaya kepemilikan yang tinggi (34%), kesulitan perencanaan perjalanan jauh (32%), tidak memiliki kemampuan untuk mengisi daya ulang listrik di rumah (24%), kekhawatiran menjaga daya baterai mobil listrik (21%), dan ketidaknyamanan dalam penggunaan mobil listrik sebesar (13%).