Data pelacakan penerbangan lain dari AirNav Radar menunjukkan bahwa ada pesawat Boeing 737 Max lain yang juga meninggalkan Zhoushan menuju Guam pada Senin pagi waktu setempat. Guam sendiri dikenal sebagai titik transit utama bagi pesawat-pesawat yang dalam perjalanan ke AS.
Situasi ini semakin diperkuat dengan laporan Bloomberg yang menyatakan bahwa pemerintah China telah memerintahkan seluruh maskapai domestiknya untuk menghentikan pengambilan pengiriman pesawat dan suku cadang dari Boeing. Ini merupakan pukulan telak bagi raksasa penerbangan asal AS tersebut, yang selama bertahun-tahun menggantungkan pertumbuhan pasar pada pelanggan dari Asia, khususnya China.
Presiden Trump pun turut bersuara melalui media sosial miliknya, Truth Social. Ia mengklaim bahwa China telah melanggar kesepakatan besar dengan Boeing, dan menyatakan bahwa negara tersebut secara sepihak memutuskan untuk tidak menerima pengiriman pesawat yang sebelumnya sudah mereka sepakati.
Sementara itu, langkah-langkah serupa juga mulai terlihat dari negara lain. CEO Malaysia Aviation Group mengungkapkan bahwa pihaknya tengah berdiskusi dengan Boeing untuk mengambil alih slot pengiriman pesawat yang awalnya dialokasikan ke maskapai China. Bahkan, Air India yang memiliki pesanan tertunda untuk pesawat jenis serupa juga disebut-sebut siap mengambil kesempatan tersebut.
Perang dagang antara AS dan China kini telah mencapai tahap eskalasi yang cukup serius. Di sektor lain, China telah memberlakukan larangan terhadap impor film Hollywood dan menaikkan tarif atas sejumlah produk AS. Sebagai tanggapan, pemerintahan Trump juga memperketat ekspor chip H20 buatan Nvidia ke China, yang oleh banyak pengamat dianggap sebagai bentuk larangan total secara terselubung.
Saat ini, tarif balasan antara kedua negara pun terus melonjak. China sudah menetapkan tarif balasan sebesar 125%, sementara AS menaikkan tarifnya hingga 145% untuk barang-barang asal China. Trump bahkan mengancam akan menaikkan tarif itu menjadi 245% dalam waktu dekat.