Setelah mengalami masa sulit akibat pandemi Covid-19, kini kondisi Grab kembali membaik. Perusahaan teknologi yang beroperasi di sebagian besar negara Asia Tenggara ini memasang target pendapatan yang lebih tinggi dari perkiraan awalnya. Awalnya, Grab memproyeksikan pendapatan sebesar US$ 2,70 miliar hingga US$ 2,75 miliar (setara dengan Rp 42,7 triliun-Rp 43,9 triliun). Namun, kini mereka merevisi target pendapatan menjadi US$ 2,76 miliar hingga US$ 2,78 miliar (Rp 43,6 triliun-Rp 43,9 triliun).
Anthony Tan, CEO Grab, mengungkapkan keoptimisan perusahaan terhadap prospek pertumbuhan jangka panjang di Asia Tenggara. Keberhasilan ini didukung oleh kemampuan Grab dalam menangkap tren permintaan yang kuat. Hal ini diungkapkan dalam pernyataan yang dikutip dari Reuters pada Selasa (12/11/2024).
Pada kuartal ketiga, Grab mencatat pendapatan sebesar US$ 716 juta (setara dengan Rp 11,3 triliun). Selain itu, transaksi pelanggan juga mengalami kenaikan sebesar 22% dalam periode yang sama. Bisnis pengiriman makanan, yang sempat porak-poranda selama pandemi, juga telah mulai pulih. Grab melakukan berbagai upaya untuk meraih lebih banyak pengguna, termasuk dengan memperkenalkan opsi harga lebih murah pada layanan transportasi bagi mereka yang masih berhati-hati dalam pengeluaran. Upaya ini disertai dengan tetap mempromosikan layanan premium.