Masa depan TikTok di Amerika Serikat kembali menjadi sorotan setelah Presiden Donald Trump menyatakan bahwa keputusan besar terkait aplikasi milik ByteDance itu telah diambil. Namun, rencana tersebut masih menunggu restu dari Presiden China, Xi Jinping, sebelum benar-benar dijalankan.
Dalam wawancara eksklusif bersama Fox News, Trump mengungkapkan bahwa pihaknya telah mencapai kesepakatan penjualan TikTok ke entitas Amerika Serikat. Meskipun ia belum menyebutkan secara rinci siapa calon pembeli tersebut, Trump menggambarkan mereka sebagai "sekelompok orang yang sangat kaya." Ia menambahkan bahwa identitas mereka kemungkinan akan diumumkan secara resmi dalam dua minggu ke depan.
Pernyataan ini kembali membuka babak baru dalam kisruh geopolitik antara Washington dan Beijing, khususnya soal penguasaan data dan dominasi platform digital. Mengutip laporan dari Reuters pada Senin (30/6/2025), kesepakatan tersebut saat ini berada dalam tahap akhir, dengan hanya satu hambatan utama: persetujuan pemerintah China.
"Kami sudah memiliki pembeli. Mereka orang-orang besar dan sangat kaya. Tapi tentu, kita harus berbicara dengan Presiden Xi dulu," ujar Trump.
Sikap ini kontras dengan pendekatan pemerintahan sebelumnya. Di bawah kepemimpinan Presiden Joe Biden, TikTok menghadapi tekanan besar untuk melepaskan diri dari induk perusahaannya di China, yaitu ByteDance. Jika tidak, TikTok akan diblokir secara permanen di wilayah AS sejak tenggat waktu 9 Januari 2025.
Namun, ketika Trump kembali menduduki Gedung Putih, pendekatan yang diambil lebih fleksibel. Ia memilih menunda langkah pemblokiran dan memperpanjang batas waktu divestasi sebanyak tiga kali, untuk memberi ruang negosiasi lebih lanjut.