Di tengah ledakan inovasi teknologi, pekerjaan sebagai peneliti kecerdasan buatan (AI) kini menjadi profesi paling diburu oleh raksasa teknologi dunia seperti OpenAI, Google, dan perusahaan AI independen lainnya. Bukan hanya soal prestise, tetapi juga tawaran kompensasi yang menggiurkan hingga mencapai miliaran rupiah. Persaingan sengit ini menjadi pertanda betapa vitalnya peran para peneliti dalam mendorong revolusi AI ke tahap berikutnya.
Dalam laporan eksklusif yang dikutip dari Reuters, setidaknya tujuh sumber mengonfirmasi bahwa para peneliti AI kini menerima paket gaji dan bonus luar biasa besar dari berbagai perusahaan teknologi. Mereka yang memiliki keahlian tinggi dan pengalaman dalam pengembangan AI generatif bahkan bisa memperoleh lebih dari Rp 160 miliar per tahun.
Bonus Raksasa demi Loyalitas
Salah satu yang menjadi sorotan adalah SSI, perusahaan yang didirikan oleh mantan kepala ilmuwan OpenAI, Ilya Sutskever. SSI disebut-sebut memberikan bonus retensi hingga US$2 juta (sekitar Rp 32,6 miliar) kepada peneliti yang mau tetap tinggal. Tak hanya itu, peneliti tersebut juga ditawari peningkatan ekuitas senilai US$20 juta (sekitar Rp 326,3 miliar) atau bahkan lebih.
Tawaran ini bukanlah hal yang langka di kalangan elite AI. Di OpenAI sendiri, beberapa peneliti disebut mendapat bonus sebesar US$1 juta (sekitar Rp 16,3 miliar) agar tetap bertahan dan tidak pindah ke perusahaan pesaing. Meski begitu, beberapa tetap memilih hengkang, salah satunya menuju perusahaan AI berbasis suara, Eleven Labs.
Salah satu sumber dalam laporan tersebut bahkan menyebut bahwa peneliti senior di OpenAI menerima total kompensasi lebih dari US$10 juta (Rp 163,1 miliar) per tahun. Angka yang luar biasa untuk profesi ilmiah dan menandakan betapa pentingnya keahlian dalam bidang ini.