Juru bicara Sandberg menanggapi tuduhan ini dengan mengatakan bahwa klaim penggugat tidak berdasar. Menurutnya, semua email kantor Sandberg telah disimpan di server Facebook dan tidak ada informasi yang dihapus secara sengaja untuk menyulitkan proses hukum.
"Semua email resmi Sheryl Sandberg telah disimpan dan dikelola sesuai dengan kebijakan perusahaan. Tidak ada upaya untuk menyembunyikan informasi," kata juru bicara tersebut kepada TechCrunch.
Namun, pernyataan ini tidak serta-merta meredakan kekhawatiran. Fakta bahwa email pribadi digunakan dalam komunikasi terkait kasus ini tetap menjadi sorotan utama dalam persidangan.
Latar Belakang Skandal Cambridge Analytica
Skandal Cambridge Analytica bermula dari tuduhan bahwa Meta (saat itu masih Facebook) telah melanggar perintah Komisi Perdagangan Federal (FTC) tahun 2012. Pada saat itu, Facebook menyetujui untuk menghentikan pengumpulan dan pembagian data pengguna tanpa persetujuan mereka. Namun, pada 2018, terungkap bahwa perusahaan tetap menjual data pengguna ke berbagai mitra komersial, termasuk Cambridge Analytica, sebuah firma konsultan politik yang digunakan dalam kampanye pemilu.
Akibat skandal ini, Meta harus menghadapi berbagai tuntutan hukum dari berbagai pihak, termasuk pemerintah Amerika Serikat dan Uni Eropa. Pada 2019, perusahaan setuju untuk membayar denda sebesar US$5 miliar kepada FTC sebagai bagian dari penyelesaian kasus.
Dampak bagi Meta dan Sandberg
Kasus ini semakin memperburuk reputasi Meta, yang sejak lama sudah menghadapi berbagai kritik terkait kebijakan privasi dan pengelolaan data pengguna. Bagi Sheryl Sandberg, yang sebelumnya dikenal sebagai salah satu eksekutif paling berpengaruh di Silicon Valley, keterlibatannya dalam skandal ini dapat merusak citra dan warisannya di dunia teknologi.