Teknologi Shark Spotter diluncurkan 12 bulan yang lalu oleh Grup Westpac yang berbasis di Australia, sebuah bank yang mensponsori drone penyelamat tak berawak. Westpac menugaskan para periset di UTS untuk mengembangkan algoritma dan mengintegrasikannya dengan drone Little Ripper Lifesaver milik perusahaan. Sepanjang tahun, staf UTS menerbangkan pesawat tak berawak ke perairan pesisir dan menangkap sekitar 8.000 gambar. Tim kemudian membuat algoritma menggunakan sistem komputer yang dimodelkan dengan otak manusia dan sistem saraf.
Pada bulan September 2017, drone Little Ripper akan mulai berpatroli di beberapa pantai Australia. “Sistem ini secara efisien membedakan dan mengidentifikasi ikan hiu dari target lain dengan memproses umpan video yang dinamis serta gambar dimana objek statis.” ungkap Prof. Michael Blumenstein.
Dengan teknologi baru ini, drone tak berawak akan mampu melayang di atas hiu saat terdeteksi dan mengirim peringatan ke penjaga pantai dan layanan darurat terdekat. Mereka juga akan mengingatkan perenang di kedalaman melalui megafon on-board. Menurut Dr Paul Scully-Power, salah satu pendiri Little Ripper Group, sebuah suar darurat dapat dilepaskan dari pesawat tak berawak. Ben Trollope, manajer operasi Westpac Little Ripper, mengatakan saat ini telah ada sebanyak 35 drone tak berawak di armada yang jangkauannya dalam kapasitas penerbangan dari 15 menit menjadi empat jam.