Modus lain yang menyebabkan kerugian besar adalah penipuan dukungan teknis (technical support scam). Dalam skema ini, pelaku mengaku sebagai teknisi dari perusahaan teknologi ternama dan menghubungi korban dengan alasan memperbaiki perangkat yang katanya terinfeksi virus. Setelah mendapat akses, mereka justru mencuri data penting atau melakukan transfer dana dari akun korban.
Tak kalah ironis adalah penipuan berkedok asmara atau romance scam, yang belakangan ini juga menunjukkan peningkatan signifikan. Dalam kasus ini, pelaku menjalin hubungan secara online dengan korban, membangun kepercayaan selama berbulan-bulan, lalu mulai meminta uang dengan berbagai alasan. Skema seperti ini biasanya memakan waktu lama namun berdampak sangat besar karena korban kerap mengirimkan uang dalam jumlah besar secara bertahap.
Semua data ini dihimpun oleh Internet Crime Complaint Center (IC3), unit khusus FBI yang menangani laporan terkait kejahatan dunia maya. Selama tahun 2024, IC3 menerima hampir 860.000 laporan insiden siber dari seluruh dunia. Angka ini menjadi salah satu sumber paling komprehensif dalam menggambarkan skala kejahatan digital saat ini.
Namun, FBI juga menyadari bahwa laporan ini kemungkinan masih belum mencakup keseluruhan realitas yang terjadi di lapangan. Banyak kasus tidak dilaporkan, terutama jika menyangkut serangan ransomware terhadap perusahaan besar yang memilih untuk menyelesaikan masalah secara tertutup. Selain itu, penipuan yang terjadi di luar AS juga kadang tidak masuk dalam sistem pelaporan resmi FBI, meskipun sebagian besar laporan yang diterima masih berasal dari dalam negeri.