Yang membuat situasi ini lebih kompleks adalah sifat kejahatan siber yang lintas negara dan sulit dilacak. Para pelaku seringkali menggunakan jaringan internasional, identitas palsu, dan sistem pembayaran digital yang anonim, sehingga sulit diidentifikasi bahkan oleh lembaga penegak hukum sekalipun.
Peningkatan kerugian akibat kejahatan siber ini menjadi sinyal peringatan bagi pemerintah, perusahaan, dan individu di seluruh dunia untuk meningkatkan kesadaran dan sistem perlindungan siber. Literasi digital menjadi senjata utama dalam menghadapi maraknya penipuan online. Banyak dari korban sebenarnya bisa terhindar dari jebakan jika lebih kritis dalam menerima informasi dan memahami tanda-tanda bahaya sejak awal.
Di sisi lain, perusahaan teknologi dan lembaga penegak hukum dituntut bekerja lebih keras dalam membangun sistem deteksi dini serta memperkuat kerja sama internasional dalam memburu pelaku-pelaku kejahatan siber lintas batas.
Dengan risiko yang terus meningkat dan taktik kejahatan yang semakin cerdas, hanya dengan pendekatan kolektif dan edukasi menyeluruh dunia bisa memperlambat laju kerugian akibat kejahatan digital. Karena meski teknologi terus berkembang, celah untuk eksploitasi akan selalu ada, dan itulah yang harus diwaspadai bersama.