Alvin Aslam, Ketua Bidang Training, Sertifikasi, dan Event di Asosiasi Penyelenggara Sistem Komunikasi Kabel Laut Seluruh Indonesia (Askalsi), menegaskan bahwa kebutuhan akan talenta digital semakin mendesak.
“Ini bukan sekadar soal software atau coding. Kita butuh teknisi untuk memperbaiki peralatan rusak, ahli penyelam, tenaga kapal, hingga jointer yang memasang sambungan kabel bawah laut,” jelas Alvin.
Talenta Lokal Lebih Diutamakan
Alvin menyatakan bahwa pihaknya lebih memilih untuk merekrut talenta lokal daripada harus mencari dari luar negeri. “Kalau ada peralatan rusak, kita ingin teknisinya dari dalam negeri. Harusnya kita punya SDM sendiri yang bisa langsung bertindak,” tambahnya.
Pengembangan talenta lokal ini sudah mulai dilakukan. Salah satu contoh konkret adalah Telkom University, yang disebut-sebut sebagai penyedia utama calon tenaga ahli kabel laut di Indonesia.
Telkom University Siap Cetak 500 Talenta Per Tahun
Parman Sukarno, Direktur Akademik Telkom University, mengatakan bahwa kampusnya telah menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan subsea (bawah laut). Setiap tahun, kampus ini siap meluluskan setidaknya 500 mahasiswa yang memiliki kompetensi subsea.
“Kami yakin angka ini masih bisa bertambah jika dilakukan kerja sama antar kampus. Kolaborasi sangat penting karena Indonesia tidak bisa mengandalkan satu pihak saja,” ujarnya.
Telkom University bahkan berencana memperluas infrastruktur pendidikannya untuk mendukung pelatihan lebih dalam di bidang kabel bawah laut. Langkah ini dinilai strategis untuk mencetak SDM unggul yang mampu menghadapi kompleksitas jaringan laut nusantara.
Komitmen Bersama: Kolaborasi Multistakeholder
Sebagai langkah konkret penguatan subsea connectivity, acara di Jakarta tersebut juga diisi dengan penandatanganan komitmen bersama dari berbagai pihak strategis. Beberapa institusi yang terlibat antara lain: