Menariknya, di Indonesia sendiri harga paket 'residential' Starlink justru lebih terjangkau dibandingkan harga di AS. Berdasarkan informasi dari laman resmi Starlink Indonesia per tanggal 20 Mei 2025, paket reguler dibanderol hanya Rp750.000 per bulan. Ini menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen di Tanah Air, meskipun layanan versi lite belum tersedia.
Langkah Starlink meluncurkan paket internet satelit murah diyakini sebagai respons terhadap lambatnya pertumbuhan pengguna di AS sepanjang 2024. Menurut laporan PCMag, Starlink hanya mencatat peningkatan kecil dalam jumlah pelanggan. Dalam laporan resmi SpaceX ke FCC pada Agustus 2024, disebutkan bahwa jumlah pelanggan Starlink di AS mencapai 1,4 juta orang, hanya meningkat tipis dari 1,3 juta pengguna yang tercatat pada Desember 2023.
Stagnasi ini cukup mengejutkan, mengingat selama beberapa tahun sebelumnya Starlink mengalami pertumbuhan yang relatif pesat. Paket 'residential lite' pun diyakini sebagai salah satu strategi baru untuk mendorong kembali penetrasi layanan internet satelit ke lebih banyak rumah tangga, terutama mereka yang tinggal di daerah terpencil atau sulit dijangkau jaringan fiber optik.
Namun, tantangan yang dihadapi Starlink tidak hanya bersifat teknis atau pasar semata. Krisis reputasi juga mulai melanda bisnis-bisnis Elon Musk dalam beberapa waktu terakhir, menyusul sejumlah pernyataan dan tindakan politik kontroversial yang ia buat. Tesla, misalnya, mulai mengalami aksi boikot global, terutama di Eropa dan sebagian wilayah Amerika.
Imbas dari tekanan terhadap Elon Musk juga dirasakan oleh Starlink. Dalam laporan The Guardian yang dirilis belum lama ini, sejumlah konsumen di Inggris dikabarkan mulai mempertimbangkan untuk beralih dari layanan Starlink ke penyedia lain. Meskipun belum signifikan, sinyal ini menunjukkan bahwa loyalitas konsumen terhadap Starlink mulai tergerus, terutama oleh faktor di luar aspek teknis seperti performa jaringan atau harga layanan.