Departemen Pertahanan Nasional Filipina (DND) telah menyatakan niatnya untuk memperoleh setidaknya 40 pesawat tempur multi-peran (MRF) baru guna meningkatkan kemampuan pertahanan udara negara ini. Langkah ini diambil dalam tengah sengketa wilayah yang sedang berlangsung di Laut China Selatan. Tiga pesaing utama bersaing untuk kontrak bernilai miliaran dolar ini:
1. Gripen (Swedia): Diusulkan oleh Saab, Gripen dikenal karena efisiensinya dalam operasional dan harganya yang terjangkau.
2. F-16 Block V (AS): Diproduksi oleh Lockheed Martin, F-16 merupakan pesawat tempur yang sangat sukses dan banyak digunakan.
3. LCA Tejas (India): Dikembangkan oleh Hindustan Aeronautics Limited (HAL), Tejas merupakan pesawat tempur domestik yang menjanjikan dari India. Potensi biaya akuisisi dan pemeliharaan yang lebih rendah menjadikannya pilihan menarik dibandingkan dengan pesaing-pesaing asal Barat.
DND akan mengevaluasi setiap pesaing berdasarkan faktor-faktor seperti kemampuan, biaya, dan interoperabilitas dengan peralatan militer Filipina yang sudah ada. Akuisisi ini mencerminkan komitmen Filipina dalam memperkuat kemampuan pertahanan udaranya. Selain itu, Filipina juga berharap bahwa pesawat-pesawat baru tersebut dapat meningkatkan kemampuan angkatan udaranya dalam menghadapi ancaman yang semakin kompleks di kawasan Asia Tenggara.
Pengadaan 40 pesawat tempur baru ini juga diharapkan dapat memperkuat posisi Filipina dalam sengketa wilayah di Laut China Selatan, dimana klaim-klaim atas kepulauan dan wilayah maritim telah memicu ketegangan dengan Tiongkok dan beberapa negara tetangga lainnya. Sebagai negara maritim yang memiliki banyak wilayah perairan yang strategis, memiliki kemampuan pertahanan udara yang memadai merupakan hal yang sangat penting bagi Filipina.